Maraknya
tawuran di kalangan pelajar dan mahasiswa menjadi bukti bila kebijakan
pendidikan yang ada selama ini gagal. Hal itu diungkapkan oleh Anggota
Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rohmani menanggapi maraknya
tauran pelajar akhir-akhir ini.
Kebijakan pendidikan yang selama ini dibangun pemerintah terlalu berorientasi pada nilai atau akademik semata. Semua potensi pendidikan diarahkan untuk mengejar nilai ujian.
“Tawuran yang ada saat ini adalah buah dari kebijakan pendidikan berorientasi pada score test. Sekarang kita memetik kebijakan yang selama ini dibuat pemerintah,” kata Rohmani.
Anak didik yang lemah secara akademik akan termarjinalkan oleh sistem yang ada saat ini. Anak yang gagal Ujian Nasional dicap sebagai siswa yang bodoh. Seharusnya pendidikan tidak memberikan stempel pintar atau bodoh. Kesuksesan pendidikan tidak sebatas akademik.
“Ujian nasional patut dievaluasi. Telah melahirkan pelajar yang seperti ini. Tidak membangun karakter anak didik. Seharusnya pendidikan mengedepankan pendidikan karakter,” kata Rohmani.
Untuk itu Rohmani meminta kepada pemerintah dan masyarakat jangan sepenuhnya menyalahkan anak-anak yang tawuran. Pemerintah harus berani mengkoreksi atas kebijakan yang selama ini mereka buat. Justru anak-anak yang tawuran adalah korban kebijakan pendidikan yang keliru.
Kebijakan pendidikan yang selama ini dibangun pemerintah terlalu berorientasi pada nilai atau akademik semata. Semua potensi pendidikan diarahkan untuk mengejar nilai ujian.
“Tawuran yang ada saat ini adalah buah dari kebijakan pendidikan berorientasi pada score test. Sekarang kita memetik kebijakan yang selama ini dibuat pemerintah,” kata Rohmani.
Anak didik yang lemah secara akademik akan termarjinalkan oleh sistem yang ada saat ini. Anak yang gagal Ujian Nasional dicap sebagai siswa yang bodoh. Seharusnya pendidikan tidak memberikan stempel pintar atau bodoh. Kesuksesan pendidikan tidak sebatas akademik.
“Ujian nasional patut dievaluasi. Telah melahirkan pelajar yang seperti ini. Tidak membangun karakter anak didik. Seharusnya pendidikan mengedepankan pendidikan karakter,” kata Rohmani.
Untuk itu Rohmani meminta kepada pemerintah dan masyarakat jangan sepenuhnya menyalahkan anak-anak yang tawuran. Pemerintah harus berani mengkoreksi atas kebijakan yang selama ini mereka buat. Justru anak-anak yang tawuran adalah korban kebijakan pendidikan yang keliru.
Posting Komentar